Selasa, 12 November 2019

PENGUJIAN TAHANAN JENIS TANAH(GROUNDING)


PERCOBAAN I
PENGUJIAN TAHANAN JENIS TANAH(GROUNDING)
I.                    TUJUAN
1.       Mahasiswa dapat mengerti pentingnya sistem pentanahan dalam melindungi sistem dari kerusakan yang fatal
2.       Mahasiswa dapat mengukur tahanan jenis tanah dan pengukuran elektronika pentanahan
3.       Mahasiswa dapat merencanakan elektronika pentanahan/grounding
II.                 DASAR TEORI
Sistem pentanahan digunakan sebagai pengaman langsung terhadap peralatan dan manusia bila terjadinya gangguan tanah atau kebocoran arus akibat kegagalan isolasi dan tegangan lebih pada peralatan jaringan distribusi. Petir dapat menghasilkan arus gangguan dan juga tegangan lebih dimana gangguan tersebut dapat dialirkan ke tanah dengan menggunakan sistem pentanahan. Sistem pentanahan yang digunakan baik untuk pentanahan netral dari suatu sistem tenaga listrik, pentanahan sistem penangkal petir dan pentanahan untuk suatu peralatan khususnya dibidang telekomunikasi dan elektronik perlu mendapatkan perhatian yang serius, karena pada prinsipnya pentanahan tersebut merupakan dasar yang digunakan untuk suatu sistem proteksi. Tidak jarang orang umum atau awam maupun seorang teknisi masih ada kekurangan dalam memprediksikan nilai dari suatu hambatan pentanahan. Besaran yang sangat dominan untuk diperhatikan dari suatu sistem Pentanahan adalah hambatan sistem suatu sistem pentanahan tersebut. Tujuan utama dari adanya grounding sistem pentanahan ini adalah untuk menciptakan sebuah jalur yang low-impedance (tahanan rendah) terhadap permukaan bumi untuk gelombang listrik dan transient voltage. Penerangan, arus listrik, circuit switching dan electrostatic discharge adalah penyebab umum dari adanya sentakan listrik atau transient voltage. Grounding sistem pentanahan yang efektif akan meminimalkan efek tersebut. Pengukuran tahanan pentanahan bertujuan untuk mengetahui besarnya tahanan pentahanan dari beberapa kondisi tanah.Nilai tahanan yang baik yaitu 0 Ω - 5 Ω. Untuk nilai tahanan di berbagai tempat itu berbeda sesuai dengan kondisi tanahnya. Indonesia sendiri memiliki 3 kondisi tanah meliputi, tanah berair, tanah liat, dan tanah berbatu.
Biasanya tahanan pentanahan yang lebih rendah sangat efektif, tetapi biaya menjadi besar. Untuk itu perlu dipertimbangkan efek fungsi dan ekonomisnya. Oleh karena itu perlu kiranya bagi kita untuk dapat merencanakan dan membuat sistem pentanahan yang sesuai dengan keperluannya.

SYARAT – SYARAT SISTEM PENTANAHAN YANG EFEKTIF:
Tahanan pentanahan harus memenuhi syarat yang di inginkan untuk suatu keperluan pemakaian Elektroda yang ditanam dalam tanah harus :
1.       Bahan Konduktor yang baik
2.       Tahan Korosi
3.       Cukup Kuat
4.       Elektroda harus mempunyai kontak yang baik dengan tanah sekelilingnya.
5.       Biaya pemasangan serendah mungkin.
FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN TAHANAN PENTANAHAN
Tahanan pentanahan suatu elektroda tergantung pada tiga faktor :
1.       Tahanan elektroda itu sendiri dan penghantar yang menghubungkan ke peralatan yang ditanahkan.
2.       Tahan kontak antara elektroda dengan tanah.
3.       Tahanan dari massa tanah sekeliling elektroda.
Namun demikian pada prakteknya tahanan elektroda dapat diabaikan, akan tetapi tahanan kawat penghantar yang menghubungkan keperalatan akan mempunyai impedansi yang tinggi terhadap impuls frekuensi tinggi seperti misal pada saat terjadi lightningdischarge. Untuk menghindarinya, sambungan ini di usahakan dibuat sependek mungkin.
TAHANAN JENIS TANAH (ρ)
Dari rumus untuk menentukan tahanan tanah dari statu elektroda yang hemispherical R = ρ/2πr terlihat bahwa tahanan pentanahan berbanding lurus dengan besarnya ρ. Untuk berbagai tempat harga ρ ini tidak sama dan tergantung pada beberapa faktor :
1.       sifat geologi tanah
2.       Komposisi zat kimia dalam tanah
3.       Kandungan air tanah
4.       Temperatur tanah
5.       Selain itu faktor perubahan musim juga mempengaruhinya.
Sifat Geologi Tanah
Ini merupakan faktor utama yang menentukan tahanan jenis tanah. Bahan dasar dari pada tanah relatif bersifat bukan penghantar. Tanah liat umumnya mempunyai tahanan jenis terendah, sedang batu-batuan dan quartz bersifat sebagai insulator.
Tabel dibawah ini menunjukkan harga-harga ( ρ ) dari berbagai jenis tanah.
No.
JENIS TANAH
TAHANAN JENIS TANAH( ohm.meter )
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Tanah yang mengandung air garam
Rawa
Tanah liat
Pasir Basah
Batu-batu kerikil basah
Pasir dan batu krikil kering
Batu
5 – 6
30
100
200
500
1000
3000

ELEKTRODA PENTANAHAN
Jenis Elektroda pentanahan Pada dasarnya ada 3 (tiga) jenis elektroda yang digunakan pada sistem pentanahan yaitu :
1.       Elektroda Batang
Elektroda batang terbuat dari batang atau pipa logam yang di tanam vertikal di dalam tanah. Biasanya dibuat dari bahan tembaga, stainless steel atau galvanised steel. Perlu diperhatikan pula dalam pemilihan bahan agar terhindar dari galvanic couple yang dapat menyebabkan korosi.


Ukuran Elektroda :

diameter 5/8 ” – 3/4 ”
Panjang 4 feet – 8 feet
Elektroda batang ini mampu menyalurkan arus discharge petir maupun untuk pemakaian pentanahan yang lain.

2.       Elektroda Pelat
Bentuk elektroda pelat biasanya empat perseguí atau empat persegi panjang yang tebuat dari tembaga, timah atau pelat baja yang ditanam didalam tanah. Cara penanaman biasanya secara vertical, sebab dengan menanam secara horizontal hasilnya tidak berbeda jauh dengan vertical. Penanaman secara vertical adalah lebih praktis dan ekonomis.


3.       Elektroda Pita
Elektroda pita jenis ini terbuat dari bahan metal berbentuk pita atau juga kawat BCC yang di tanam di dalam tanah secara horizontal sedalam ± 2 feet. Elektroda pita ini bisa dipasang pada struktur tanah yang mempunyai tahanan jenis rendah pada permukaan dan pada daerah yang tidak mengalami kekeringan.

Hal ini cocok untuk daerah – daerah pegunungan dimana harga tahanan jenis tanah makin tinggi dengan kedalaman.





III.              PERALATAN YANG DIGUNAKAN
1.       Earth tester                               1
2.       Elektroda pejal                         2
3.       Pasak                                       2
4.       Meteran                                   1
  

    IV.      GAMBAR RANGKAIAN




V. LANGKAH-LANGKAH PERCOBAAN


1. Tentukan letak grounding

2. Hubungkan earth tester dengan grounding

3. Set earth tester sesuai dengan pengukuran

4. Lakukan pengukuran sesuai jarak yang telah ditentukan.



VI. DATA HASIL PERCOBAAN

 Percobaan 1
Jarak (m) R Grounding (Ohm)
8 12
10 15

2.       Percobaan 2
Kedalaman
(m)
R1
(Ohm)
1.5
23
2
22

3.       Percobaan 3
Kedalaman
(m)
R2
(Ohm)
2
7

4.       Percobaan 4
Kedalaman
(m)
R1 // R2
(Ohm)
2
5
*R1 // R2 = 22// 7 = 5.3 Ohm









VII. ANALISA DATA HASIL PERCOBAAN


Percobaan pertama kali ini mengenai pengujian tahanan jenis tanah dan grounding . alat yang digunakan pada percobaan ini diantaranya Earthtester, obeng, tang,pasak besi, meteran dan kunci inggris. Earthtester adalah alat untuk mengukur nilai resistansi dari grounding. Perancangan alat ukur tahanan tanah ini menggunakan tiga batang tahanan elektroda yang ditanahkan yaitu elektroda E (Earth), elektroda P (Potensial), dan elektroda C (Current). Tujuan penggunaan tiga batang elektrode tersebut adalah untuk mengetahui sejauh mana tahanan dapat mengalirkan arus listrik. Percobaan ini dibagi menjadi dau percobaan yakni pengujian grounding dan pengujian tahanan jenis tanah.

Pengujian grounding dilakukan pada test terminal box grounding maker yang ada pada gedung D3 PENS. Caranya yakni dengan menghubungkan terminal E (kabel hijau) dengan terminal box grounding maker. Pasang dua pasak dengan jarak masing-masing 8 meter. Pasak pertama dihubungkan dengan elektroda P (potensial) dan pasak kedua dengan elektroda C (current). Nyalakan alat dengan menekan tombol simplified MEAS dan pilih range pengalinya. Setelah itu, ubah jaraknya menjadi 10 meter. Berdasarkan hasil percobaan didapat data sebagai berikut :
Jarak = 8 meter     è
R Grounding = 12 Ω
Jarak = 10 meter   è
R Grounding = 15 Ω


Hal ini menunjukkan semakin jauh jarak antar pasak maka nilai R grounding makin besar dan menunjukkan kualitas grounding yang kurang baik.
            Pengujian tahanan jenis tanah digunakan untuk mengetahui kualitas resistansi tanah. Untuk mengetahui tahanan jenis tanah dari kedalaman yang berbeda digunakan pasak sepanjang 2 meter yang mula-mula ditanamkan ke tanah sedalam 1.5 meter dan selanjutnya 2 meter. Dari percobaan didapat hasil sebagai berikut :
Kedalaman = 1.5 meter     è
R1 = 23 Ω
Kedalaman = 2 meter        è
R1 = 22 Ω


Dari data tersebut menunjukkan bahwa semakin panjang dan dalam pasak yang ditanamkan kualitas grounding/ tahanan jenis tanah semakin kecil dan semakin baik untuk digunakan sebagai grounding.
            Selanjutnya mengambil data tahanan tanah dengan menggunakan pasak lain (R2) dan didpatkan hasil sebgai berikut :
  Kedalaman = 2 meter è                    R2 = 7 Ω
Setelah itu R1 dan R2 dihubungkan secara paralel. Hal ini ditujukan agar kualitas grounding semakin baik . Dari hasil percobaan didapatkan data sebagai berikut :
            Kedalaman = 2 meter    è R1//R2 = 5 Ω
Secara teori dapat dihitung sebagai berikut :
            R1 = 22 Ω
            R2 = 7 Ω
Hasil perhitungan dan pengukuran mendekati, dengan beda 0.3 Ω. Tujuan dari parallel grounding adalah untuk mendapatkan kualitas yang baik dengan semakin kecilnya nilai tahanan pentanahan maka hasilnya akan semakin baik. Paralle grounding ini dilakukan dengan menghubungkan kedua pasak R1 dan R2 dengan sebuah kabel. Untuk melakukan pengukuran diperlukan pasak kecil sebagai bantuan. Jarak anatr R1 dan R2 yang terpasang yakni minimal 2 kali dari kedalam pasak R1 dan R2 yang ditanamkan . Misal panjang pasak yang ditanahkan 2 meter makan jarak minimal yang harus disetting antar pasak yakni 4 meter (2 kalinya).

VII.                 KESIMPULAN
1.       Semakin kecil harga tahanan pentanahan maka kualitas dari sistem grounding akan semakin baik.
2.       Semakin jauh jarak antar grounding maka resistansinya semakin besar sehingga kurang baik untuk digunakan.
3.       Semakin panjang dan dalam grounding yang ditanamkan hasilnya akan semakin baik pula.
4.       Untuk mendapatkan kualitas yang baik dapat digunakan parallel grounding agar didapat niali resistansi yang semakin kecil.




Selasa, 13 Februari 2018

PENGUKURAN KAPASITOR PELAT SEJAJAR HUBUNGAN SERI

PRAKTIKUM ELEKTROMAGNETIK
PERCOBAAN KE III
PENGUKURAN KAPASITOR PELAT SEJAJAR HUBUNGAN SERI
D:\ELIN 2015\Teamo\KOMPONEN LISTRIK\1-1-pens.jpg

Dosen :
Asisten Dosen :
Nama :
Kelas :
NRP :
Departemen Teknik Elektro
Program Studi Teknik Elektro Industri
2016

I. TUJUAN
Mempelajari hubungan antara nilai kapasitansi dari kapasitor plat sejajar dengan variasi isi ruangan diantara kedua plat. Dengan menempatkan dielektrik tertentu yang disusun secara seri diantara plat, maka dapat ditentukan nilai kapasitansi kapasitor plat sejajar hubungan seri.



II. TEORI
Pada gambar diatas, dua buah kapasitor dihubungkan seri antara titik a dan b, pada beda potensial yang konstan, Vab. Dalam hubungan ini, kedua kapasitor selalu mempunyai muatan yang sama, Q. Oleh karena itu, untuk hubungan seri, besar muatan pada semua plat adalah sama
Dengan mengacu kembali pada gambar di atas, didapat:
Vab=Vac+Vcb=QCac+QCcb
Kapasitansi ekivalen Cab dari kombinasi seri diperlihatkan pada gambar diatas, sehingga:
VabQ=1Cac+1Ccb=1Cab
Aplikasi dari rumusan hubungan seri kapasitor yang diaplikasikan pada kapasitor plat sejajar, yang mempunyai dua buah pelat konduktor dengan luas A (m2). Dipisahkan sejauh d (m), berisi dua buah bahan dielektrik dengan permitivitas relative εr1 dan εr2, dengan tebal masing-masing d1 dan d2. Nilai kapasitansi dari kapasitor tersebut adalah sama dengan penjumlahan seri dari masing-masing kapasitor dengan luas A (m2) dengan jarak d1 dan d2 dan dengan bahan dielektrik εr1 dan εr2.



III. PERALATAN YANG DIPAKAI

1. Kapasitor plat sejajar 1

2. Plat alumunium dengan tebal 2 mm 1

3. Plat hard vinyk chlorida dengan tebal 2 mm dan 1 mm 1

4. Plat kaca dengan tebal 2 mm 1

5. Capacity meter 1





IV. GAMBAR RANGKAIAN PERCOBAAN




V. LANGKAH-LANGKAH PERCOBAAN

1. Susunlah kapasitor plat sejajar dengan jarak plat, d = 2 mm. Kosongkan ruang diantara kedua plat (ruang diantara kedua plat berisi udara), kemudian dengan menggunakan capacity meter ukurlah nilai kapasitansi, dan catat pada tabel.


2. Dengan jarak antar plat tetap (d = 2mm), isilah ruang diantara kedua plat tersebut dengan plat kaca tebal 2 mm, kemudian ukurlah nilai kapasitansi dan catat pada tabel.


3. Ulangi langkah (2), gantilah plat kaca dengan plat vinyl chlorida, tebal yang sama.


4. Susunlah kapasitor plat sejajajr dengan jarak antar pelat, d=4 mm. Isilah ruang diantara kedua plat tersebut dengan plat kaca tebal 2 mm (ruang diantara kedua plat berisi kaca setebal 2 mm). Kemudian ukurlah nilai kapasitansi dan catat pada tabel.


5. Ulangi langkah (4), gantilah plat kaca dengan plat vinyl chloride, tebal yang sama.


6. Dengan jarak antar plat tetap, d=4mm, isilah ryang diantara kedua plat tersebut dengan plat kaca tebal 2 mm dan plat vinyl chloride tebal 2 mm, kemudian ukurlah nilai kapasitansi dan catat pada tabel.


7. Dengan persamaan-persamaan dan data-data yang ada, hitunglah nilai kapasitansi untuk langkah (1) sampai dengan (3), kemudian catat pada tabel.


8. Kapasitor yang dihasilkan pada langkah (4), merupakan hubungan seri dari kapasitor pada langkah (1) dan (2). Dari hasil perhitungan pada langkah (1) dan (2), dan dengan persamaan hubungan seri untuk kapasitor, hitung nilai kapasitansi totalnya dan catat pada tabel.


9. Kapasitor yang dihasilkan pada langkah (5), merupakan hubungan seri dari kapasitor pada langkah (1) dan (3). Dari hasil perhitungan pada langkah (1) dan (3), hitunglah nilai kapasitansi totalnya dan catat pada tabel.


10. Kapasitor yang dihasilkan pada langkah (6), merupakan hubungan seri dari kapasitor pada langkah (2) dan (3). Dari hasil perhitungan pada langkah (2) dan (3), hitunglah nilai kapasitansi totalnya dan catat pada tabel.


11. Bandingkan hasil perhitungan dan pengukuran pada tabel percobaan, dan beri kesimpulan.



VI. DATA HASIL PERCOBAAN

NO
LANGKAH PRCOBAAN
HASIL PERHITUNGAN KAPASITANSI, C (μF)
HASIL PENGUKURAN KAPASITANSI, C (μF)
%ERROR
1
Udara 2 mm
0,00019935
0,00068
24,108%
2
Kaca 2 mm
0,000351653
0,0018
48,81%
3
Vinyl chlorida 2 mm
0,000263839
0,00074
180,47%
4
Kaca + udara 2 mm
0,000254082
0,00058
128,27%
5
Vinyl + udara 2 mm
0,000226689
0,00054
120,56%
6
Vinyl + kaca 2 mm
0,000301384
0,00062
99,08%

PERHITUNGAN

1. UDARA 2 mm
  • C=8,86×10-6(1×0,092×10-3)=0,0003987μF 
  • Cseri=Cudara×CudaraCudara+Cudara=0,0003987×0,00039870,0003987+0,0003987=0,00019935μF 
2. KACA 2 mm
  • C=8,86×10-6(1,764×0,092×10-3)=0,0007033068μF 
  • Cseri=Ckaca×CkacaCkaca+Ckaca=0,0007033068×0,00070330680,0007033068+0,0007033068=0,000351653μF

3. VINYL CHLORIDA 2 mm

  • C=8,86×10-6(1,3235×0,092×10-3)=0,0005276479μF 
  • Cseri=Cvinyl×CvinylCvinyl+Cvinyl=0,0005276479×0,00052764790,0005276479+0,0005276479=0,000263839μF

4. KACA + UDARA 2 mm

  • Cseri=Ckaca×CudaraCkaca+Cudara=0,0007033068×0,00039870,0007033068+0,0003987=0,000254082μF 
5. VINYL + UDARA 2 mm
  • Cseri=Cvinyl×CudaraCvinyl+Cudara=0,0005276479×0,00039870,0005276479+0,0003987=0,000226689 μF
6. KACA + VINYL 2 mm

  • Cseri=Cvinyl×CkacaCvinyl+Ckaca=0,0005276479×0,00070330680,0005276479+0,0007033068=0,000301384 μF

VII. ANALISIS DATA

Pada percobaan ini, kelompok kami akan melakukan percobaan tentang pengukuran kapasitor pelat sejajar hubungan seri. Peralatan yang digunakan dalam percobaan antara lain kapasitor plat sejajar, plat aluminium (dengan tebal 2 mm), plat hard vinyl chlorida (dengan tebal 2 mm dan 1 mm), plat kaca (denga tebal 2 mm), dan capacity meter. Pertama, rangkailah peralatan seperti pada gambar rangkaian percobaan. Setelah itu, susunlah kapasitor plat sejajar dengan jarak plat d=2 mm. Kosongkan ruang diantara kedua plat (ruang diantara kedua plat berisi udara), kemudian dengan menggunakan capacity meter ukurlah nilai kapasitansi. Catatlah data pada hasil pengukuran kapasitansi udara 2 mm. Sehingga diperoleh nilai kapasitansi udara 2 mm sebesar 0,0005 μF. Kemudian hitung secara teoritis dengan menggunakan rumus :C=8,86×10-6(0,0910-3)=0,0003987μF. Jadi,
Cseri=Cudara×CudaraCudara+Cudara=0,0003987×0,00039870,0003987+0,0003987=0,00019935μF
Setelah itu dengan jarak plat tetap (d=2 mm), isilah ruang diantara kedua plat tersebut dengan plat kaca tebal 2 mm, kemudian ukurlah nilai kapasitansi. Catatlah data pada hasil pengukuran kapasitansi kaca 2 mm sebesar 0,0013μF. Kemudian hitung secara teoritis dengan menggunakan rumus :
C=8,86×10-6(1,764×0,0910-3)=0,0007033068μF
Cseri=Ckaca×CkacaCkaca+Ckaca=0,0007033068×0,00070330680,0007033068+0,0007033068=0,000351653μF

Ukur juga presentase error dengan menggunakan rumus :
%error=|Hasil perhitungan kapasitansi C(μF)-Hasil pengukuran kapasitansiC(μF)Hasil perhitungan kapasitansi C(μF)|×100%
Setelah itu gantilah plat kaca dengan hard vinyl chlorida dengan tebal yang sama. Catatlah data pada hasil pengukuran kapasitansi vinyl chlorida 2 mm sebesar 0,00079μF. Kemudian hitung secara teoritis dengan menggunakan rumus :
C=8,86×10-6(1,3235×0,0910-3)=0,0005276479μF
Cseri=Cvinyl×CvinylCvinyl+Cvinyl=0,0005276479×0,00052764790,0005276479+0,0005276479=0,000263839μF
Setelah itu susunlah kapasitor plat sejajar dengan jarak antar plat, d=4mm. Isilah ruang diantara kedua plat tersebut dengan plat kaca tebal 2 mm (ruang diantara kedua plat berisi kaca setebal 2 mm). Kapasitor ini merupakan hubungan seri dari kapasitor pada udara dan kaca. Catatlah data pada hasil pengukuran kapasitansi seri (udara dan kaca) 2 mm sebesar 0,00039μF. Kemudian hitung secara teoritis dengan menggunakan rumus :
Cseri=Ckaca×CudaraCkaca+Cudara=0,0007033068×0,00039870,0007033068+0,0003987=0,000254082μF
Kemudian gantilah plat kaca dengan plat hard vinyl chlorida, tebal yang sama. Kapasitor ini merupakan hubungan seri dari kapasitor pada udara dan vinyl chlorida. Catatlah data pada hasil pengukuran kapasitansi seri (udara dan vinyl chlorida) 2 mm sebesar 0,00038 μF. Kemudian hitung secara teoritis dengan menggunakan rumus :
Cseri=Cvinyl×CudaraCvinyl+Cudara=0,0005276479×0,00039870,0005276479+0,0003987=0,000226689 μF
Dengan jarak antar plat tetap, d=4 mm, isilah ruang diantara kedua plat tersebut dengan plat kaca tebal 2 mm dan plat hard vinyl chlorida tebal 2 mm. Kapasitor ini merupakan hubungan seri dari kapasitor pada kaca dan vinyl chlorida. Catatlah data pada hasil pengukuran kapasitansi seri (kaca dan vinyl chlorida) 2 mm sebesar 0,000362448 μF. Kemudian hitung secara teoritis dengan menggunakan rumus :


Cseri=Cvinyl×CkacaCvinyl+Ckaca=0,0005276479×0,00070330680,0005276479+0,0007033068=0,000301384 μF

Dari data yang diperoleh diatas, terlihat bahwa nilai kapasitansi seri (kaca+kaca) 2 mm merupakan nilai kapasitansi seri terbesar jika dibandingkan dengan nilai kapasitansi seri (udara+udara) 2 mm dan (vinyl+vinyl) 2 mm. Hal ini dikarenakan nilai dari permitivitas relatif dari kaca terbesar diantara udara dan vinyl chlorida. Dan dari data yang diperoleh diatas, terlihat bahwa nilai kapasitansi seri (kaca+vinyl) merupakan nilai kapasitansi seri terbesar jika dibandingkan dengan nilai kapasiansi seri (kaca+udara) dan (vinyl+udara). Hal ini karena nilai dari permitivitas relatif dari kaca adalah terbesar pertama dan nilai dari permitivitas relatif dari vinyl adalah terbesar kedua, sedangkan nilai dari permitivitas relatif dari udara adalah terbesar ketiga. Oleh karena itu, nilai dari kapasitansi seri (kaca+vinyl) adalah nilai kapasitansi terbesar daripada yang lainnya.

VIII. KESIMPULAN

1. Nilai kapasitansi kapasitor plat sejajar bergantung pada luas plat yang berhadapan, jarak antar plat, dan bahan dielektrik ruang antar plat.

2. Nilai kapasitansi kapasitor pelat sejajar berbanding lurus dengan luas plat yang berhadapan serta berbanding terbalik dengan jarak antar plat. 

3. Nilai kapasitansi terbesar yaitu dengan menggunakan bahan dielektrik kaca karena kaca memiliki nilai permitivitas relatif tertinggi dibandingkan dengan udara dan vinyl chlorida.




DOWNLOAD FILE ASLI DISINI
SEMOGA BERGUNA SEBAGAI REFERENSI