Minggu, 15 Maret 2015

Tokoh Penyebar Agama Daerah Pelosok (Muhammad Arsyad al-Banjari)



Muhammad Arsyad al-Banjari
1.      Nama               : Syekh Muhammad Arsyad bin Abdullah bin Abdur Rahman al-Banjari (atau Dikenal      : Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari 
2.      Lahir                Lok Gabang17 Maret 1710 
3.      Meninggal       : Dalam Pagar3 Oktober 1812 pada umur 102 tahun
4.      Ulama              : Fiqih mazhab Syafi'i yang berasal dari kota Martapura di Tanah Banjar (Kesultanan Banjar), Kalimantan Selatan.
5.      Kitab karangan : Sabilal Muhtadin yang banyak menjadi rujukan bagi banyak pemeluk agama.
6.      Riwayat
1.      Masa Kecil :
Sejak kecil Muhammad Arsyad tinggal di istana Sultan Tahlilullah. Beliau tunbuh menjadi anak yang berakhlak mulai, ramah penurut dan hormat kepada yang lebih tua. Sultan Tahlilullah mengharapkan Muhammad Arsyad kelak menjadi pemimpin yang alim.

2.      Menikah dan menuntut ilmu di Mekkah

Setelah mencapai 30 tahun. Kemudian ia dikawinkan Tuan Bajut. Ketika istrinya mengandung, terlintaslah keinginan untuk menuntut ilmu di tanah suci Mekkah. Dengan berat hati, akhirnya isterinya mengamini niat suci sang suami.
anak yang pertama,. Maka disampaikannyalah hasrat hatinya kepada sang istri tercinta.
Di Tanah Suci, Muhammad Arsyad mengaji kepada masyaikh pada masa itu, di antaranya adalah Syekh ‘Athaillah bin Ahmad al-Mishry.
Setelah lebih kurang 35 tahun menuntut ilmu di Maekkah, gurunya menyarankan agar Syekh Muhammad Arsyad pulang ke Jawi (Indonesia) untuk berdakwah.
3.      Membetulkan arah kiblat masjid
Perjalan pulangnya, Beiau singgah di Betawi. Selama di Betawi, Syekh Muhammad Arsyad diminta menetap sebentar untuk mengajarkan ilmu agama dengan masyarakat Betawi. Salah satu peristiwa penting selama di Betawi adalah ketika Syekh Muhammad Arsyad membetulkan arah kiblat Masjid Jembatan Lima, Masjid Luar Batang dan Masjid Pekojan.
Setelah dirasa cukup, maka Syekh Muhammad Arsyad kembali berlayar menuju kampung halaman ke Martapura, Banjar.
4.      Tiba di kampung halaman
Setelah tiba dikampung halamannya, Beliau disambut Sultan Tahmidullah II
Sultan Tahmidullah II. Segenap rakyatpun mengelu-elukannya sebagai seorang ulama yang cahayanya diharapkan menyinari seluruh Kesultanan Banjar. Aktivitas beliau sepulangnya dari Tanah Suci dicurahkan untuk menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang diperolehnya. Baik kepada keluarga, kerabat ataupun masyarakat pada umumnya.
5.      Pengajaran dan bermasyarakat
Sekembalinya ke kampung halaman dari Mekkah, hal pertama yang dikerjakannya ialah membuka tempat pengajian (semacam pesantren) bernama Dalam Pagar, yang kemudian lama-kelamaan menjadi sebuah kampung yang ramai tempat menuntut ilmu agama Islam. Di samping mendidik, Beliau menulis beberapa kitab, salah satu kitabnya adalah Kitab Sabilal Muhtadin yang merupakan kitab Hukum-Fiqh dan menjadi kitab-pegangan pada waktu itu, tidak saja di seluruh Kerajaan Banjar tapi sampai ke-seluruh Nusantara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar